Dear
diary..
Kamu tahu
nggak apa yang spesial hari ini? Yaa Rabb! Cowok itu. Anak yang aku suka selama
sembilan tahun, dia senyum sama aku. Aduh merinding aku tadi pas liat senyumnya
itu. Ya ampuuuun, manis banget. Waktu lihat senyumnya tadi, aku serasa terbang.
hahahha.. lebaaay banget tahu ngga sii ! piss .
Nah
ceritanya tuh gini nih. Tadi waktu di kelas, kan tempat duduk antara anak cewek
sama cowok itu melingkar. Otomatis ada tuh yang duduknya ngadep ke cowok.
Terus, aku lagi numpang duduk di kursinya Dena. Pas aku lagi ngadep depan, eh
ada orang itu! Aku kan lagi senyum, terus aku liat dia senyum ke aku.. Kita
jadi malah liat-liatan. Aduh, so sweet banget!
Lah..
lah.. lah! Irin. Kamu kok jadi lebay gini sii? Hahahahhaa.. Aku bener-bener terpesona
sama senyuman dia yang manis banget.. Aduh! Diary, gimana nih hatiku yang
terus-menerus menyimpan perasaan mendalam padanya? Aku nggak mau terus-terusan
gini. Tolongin aku yah..
------------- Say
Good Bye -----------
Ku lihat jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul
06.57. 3 menit lagi. Oh no! Bel akan berbunyi.
“Aduh gila, aku bisa telat
nih. Tinggal 3 menit lagi,” batinku. “Mas
Ray mana sih? Aku bisa telat nih kalau lama-lama.” lanjut batinku.
“Mas Ray, cepetan! Ay uda telat nih.
3 menit lagi Pak Aceng tutup gerbangnya. Maaaaaas!”
“Iya Ayya. Tunggu bentar dong. 3
menit itu lama, nanti mas bakalan ngebut. Bentar ya cantik, tungguin nih bentar
lagi mas kelar!”
“Iya.. Buruan tapi Mas Rayhan
lemoooot!”
“Yupsi. Ya, ya, ya nii udah, kamu
aja yang ngelamun terus. Buruan Ayyam.” kata Mas Rayhan yang sudah menstarter
motornya.
Sepanjang
perjalanan hatiku tak bisa tenang. Pukul 06.58, 2 menit lagi gerbang akan
ditutup. Padahal aku baru sampai ke Mall Radja Persada, masih 2 kali lampu
merah untuk sampai sekolahku. Mas Ray yang sudah berjanji akan mengantarkanku
tepat waktu langsung menaikan kecepatannya.
“Phew, untung gerbangnya belum
ditutup. Ay, udah sana kamu masuk kelas. Katanya takut telat?” goda Mas Ray.
“Lah, ngusir nih ceritanya?”
“Bukan ngusir, mas cuma takut
kamu dihukum.”
“Iya deh, dadaah Mas! hati-hati
yaa..” kataku malambaikan tangan, sambil melangkah memasuki lapangan sekolah.
Sepanjang
koridor menuju kelas, aku terus melamun. Entah apa yang ada dipikiranku saat
ini. Banyak sekali hal yang aku pikirkan beberapa hari ini. Mulai dari aku yang
diminta Bu Zhika untuk ikut serta dalam lomba Sains bulan ini. Mas Ray yang
lagi linglung karena ada yang nembak. Si Ijonk yang bikin ulah kemarin pas
ulang tahun Ghaida. Dan yang paling menggangguku saat ini adalah cowok itu yang
selalu ada dipikiranku.
“Waduh? Rin, kok kamu lebay gitu
sih?” tanya separuh hatiku.
“Idih, aku nggak lebay amat kali.
Tapi bener deh, sumpah! Dia tuh ganteng plus keren banget. Aaarght, beneran aku
suka sama dia.” jawab hatiku yang lain.
Bruuuuk!
“Aduuh, eh maaf yah. Sorry, sorry
aku nggak liat.” kataku mencoba minta maaf pada anak yang sedang membersihkan
celananya.
“Iya kok nggak apa-apa. Eh, ini
punyamu?” tanya anak itu sambil mengambil buku yang jatuh tidak jauh dengannya.
“Oh iya itu punyaku. Makasih ya,
makasih banyak. Nggak apa-apa sini biar aku aja yang ambil.”
Ketika aku ingin mengambil
bukuku, aku tak sengaja melihat wajah anak itu.
“Waduh? Nggak salah nih siapa
yang ada di depanku? Anak yang tadi aku tabrak, cowok itu!” kata hatiku.
Wajahnya begitu dekat denganku. Senyumnya
sangat manis. Membuat aku tergila-gila padanya. Allah.. aku nggak mimpikan
lihat muka dia dari deket? Aku harap ini bukan mimpi. Kalaupun ini mimpi, aku
mau supaya aku nggak bangun dulu. Aku pengen liat muka dia dari deket lebih
lama lagi.
“Halo! Rin, Irin. Kamu kenapa?”
tanya Fatah, nama anak itu.
“Eh, nggak kok. Makasih ya
Fatah.” kataku, bingung harus mengatakan apa.
“Ini bukunya.”
“Makasih banyak lho Mas.”
Ups! Kenapa
tadi aku manggil dia mas? Gimana nih, moga aja dia nggak denger yah.
------------- Say
Good Bye -----------